SEJARAH CERPEN ( CERITA PENDEK )
Pengertian Cerpen
Sebenarnya,
tidak ada rumusan yang baku mengenai apa itu cerpen. Kalangan sasterawan
memiliki rumusan yang tidak sama. H.B. Jassin –Sang Paus Sastra Indonesia-
mengatakan bahwa yang disebut cerita pendek harus memiliki bagian perkenalan,
pertikaian, dan penyelesaian.
1. Menurut
Wikipedia :
Cerita pendek atau sering disingkat
sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif.
2. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia :
Cerita pendek apabila diuraikan menurut
kata yang membentuknya berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut : cerita artinya tuturan yang membentang bagaimana terjadinya suatu
hal, sedangkan pendek berarti kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang
memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam
situasi atau suatu ketika ( 1988 : 165 ).
3. Menurut
Susanto dalam Tarigan (1984 : 176) :
cerita pendek adalah cerita yang
panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap
yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
4. Menurut
Sumardjo dan Saini (1997 : 37) :
cerita pendek adalah cerita atau
parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi
tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek).
A.
Bakar Hamid dalam tulisan “Pengertian Cerpen” berpendapat bahwa yang disebut
cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang
dipakai: antara 500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya
satu kesan. Sedangkan Aoh. KH mendefinisikan bahwa cerpen adalah salah satu ragam fiksi
atau cerita rekaan yang sering disebut kisahan prosa pendek.Dan masih banyak
sastrawan yang merumuskan definisi cerpen. Rumusan-rumusan tersebut tidak sama
persis, juga tidak saling bertentangan satu sama lain., Hampir semuanya
menyepakati pada satu kesimpulan bahwa cerita pendek atau yang biasa disingkat
cerpen adalah cerita rekaan yang pendek.Dari beberapa buku dan uraian yang
layak dijadikan pedoman, tampaknya pendapat pakar cerita pendek dunia, Edgar
Allan Poe, sangat cocok menjadi panduan- karena secara teoritis ia memenuhi
kriteria ilmiah, tetapi secara praktis ia dapat diaplikasikan. Pendapat yang
dirinci Muhammad Diponegoro dalam bukunya Yuk, Nulis Cerpen Yuk disederhanakan
sebagai berikut:Pertama, cerita pendek harus pendek.
Seberapa pendeknya? Sebatas rampung baca sekali duduk menunggu bus atau kereta api, atau sambil antre karcis bioskop. Disamping itu ia juga harus memberi kesan secara terus-menerus hingga kalimat terakhir, berarti cerita pendek harus ketat, tidak mengobral detail, dialog hanya diperlukan untuk menampakkan watak, atau menjalankan cerita atau menampilkan problem.Kedua, cerita pendek mengalir dalam arus untuk menciptakan efek tunggal dan unik.
Menurut Poe ketunggalan pikiran dan aksi bisa dikembangkan lewat satu garis dari awal sampai akhir.
Di dalam cerita pendek tak dimungkinkan terjadi aneka peristiwa digresi.Ketiga, cerita pendek harus ketat dan padat. Setiap detil harus mengarus pada pada satu efek saja yang berakhir pada kesan tunggal. Oleh sebab itu ekonomisasi kata dan kalimat – sebagai salah satu ketrampilan yang dituntut bagi seorang cerpenis.Keempat, cerita pendek harus mampu meyakinkan pembacanya bahwa ceritanya benar-benar terjadi, bukan suatu bikinan, rekaan.
Seberapa pendeknya? Sebatas rampung baca sekali duduk menunggu bus atau kereta api, atau sambil antre karcis bioskop. Disamping itu ia juga harus memberi kesan secara terus-menerus hingga kalimat terakhir, berarti cerita pendek harus ketat, tidak mengobral detail, dialog hanya diperlukan untuk menampakkan watak, atau menjalankan cerita atau menampilkan problem.Kedua, cerita pendek mengalir dalam arus untuk menciptakan efek tunggal dan unik.
Menurut Poe ketunggalan pikiran dan aksi bisa dikembangkan lewat satu garis dari awal sampai akhir.
Di dalam cerita pendek tak dimungkinkan terjadi aneka peristiwa digresi.Ketiga, cerita pendek harus ketat dan padat. Setiap detil harus mengarus pada pada satu efek saja yang berakhir pada kesan tunggal. Oleh sebab itu ekonomisasi kata dan kalimat – sebagai salah satu ketrampilan yang dituntut bagi seorang cerpenis.Keempat, cerita pendek harus mampu meyakinkan pembacanya bahwa ceritanya benar-benar terjadi, bukan suatu bikinan, rekaan.
Itulah
sebabnya dibutuhkan suatu ketrampilan khusus, adanya konsistensi dari sikap dan
gerak tokoh, bahwa mereka benar-benar hidup, sebagaimana manusia yang
hidup.Kelima, cerita pendek harus menimbulkan kesan yang selesai, tidak lagi
mengusik dan menggoda, karena ceritanya seperti masih berlanjut. Kesan selesai
itu benar-benar meyakinkan pembaca, bahwa cerita itu telah tamat, sampai titik
akhirnya, tidak ada jalan lain lagi, cerita benar-benar rampung berhenti di
situ
Rumusan
Poe inilah –saya sepakat dengan Korrie Layun Rampan- sesungguhnya yang cukup
bisa mewakili pengertian cerita pendek secara umum.
II. Karakteristik Cerpen
Gambaran umum karakteristik cerpen bisa ditangkap dalam rumusan Edgar Alan Poe, di atas.Untuk mempertegas perbedaan cerpen dengan novel, Ismail Marahimin, dalam Menulis Secara Populer menjelaskan bahwa cerpen memang harus pendek dan singkat.Sedangkan cerita rekaan yang panjang adalah novel.Apa ukuran panjang-pendek suatu cerpen itu? Jumlah halamannyakah?Jumlah kata-katanyakah?
Menjawab hal ini, rumusan Poe cukup menjelaskan.Meskipun ada yang berpendapat jumlah katanya tidak lebih dari 10.000 kata (The Liang Gie).Ada yang membatasi jumlah katanya antara 500 – 30.000 kata (Helvy Tiana Rosa).Yang jelas, karakteristik utama cerpen adalah pendek dan singkat.Di dalam cerita yang singkat itu, tentu saja tokoh-tokoh yang memegang peranan tidak banyak jumlahnya, bisa jadi hanya seorang, atau bisa juga sampai sekitar empat orang paling banyak.Itu pun tidak seluruh kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh itu diungkapkan di dalam cerita.
Fokus atau, pusat perhatian, di dalam cerita itu pun hanya satu.Konfliknya pun hanya satu, dan ketika cerita itu dimulai, konflik itu sudah hadir di situ.Tinggal bagaimana menyelesaikan saja.Karena pendeknya, kita biasanya tidaklah menemukan adanya perkembangan di dalam cerita.Tidak ada cabang-cabang cerita.
Tidak ada kelebatan-kelebatan pemikiran tokoh-tokohnya yang melebar ke pelbagai hal dan masalah.Peristiwanya singkat saja. Kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh, pun tidak berkembang, dan kita tidak menyaksikan adanya perubahan nasib tokoh, atau tokoh-tokoh ini ketika cerita berakhir. Dan ketika konfik yang satu itu terselesaikan, kita tidak pula tahu bagaimana kelanjutan kehidupan tokoh, atau tokoh-tokoh, cerita itu.Dan karena
Gambaran umum karakteristik cerpen bisa ditangkap dalam rumusan Edgar Alan Poe, di atas.Untuk mempertegas perbedaan cerpen dengan novel, Ismail Marahimin, dalam Menulis Secara Populer menjelaskan bahwa cerpen memang harus pendek dan singkat.Sedangkan cerita rekaan yang panjang adalah novel.Apa ukuran panjang-pendek suatu cerpen itu? Jumlah halamannyakah?Jumlah kata-katanyakah?
Menjawab hal ini, rumusan Poe cukup menjelaskan.Meskipun ada yang berpendapat jumlah katanya tidak lebih dari 10.000 kata (The Liang Gie).Ada yang membatasi jumlah katanya antara 500 – 30.000 kata (Helvy Tiana Rosa).Yang jelas, karakteristik utama cerpen adalah pendek dan singkat.Di dalam cerita yang singkat itu, tentu saja tokoh-tokoh yang memegang peranan tidak banyak jumlahnya, bisa jadi hanya seorang, atau bisa juga sampai sekitar empat orang paling banyak.Itu pun tidak seluruh kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh itu diungkapkan di dalam cerita.
Fokus atau, pusat perhatian, di dalam cerita itu pun hanya satu.Konfliknya pun hanya satu, dan ketika cerita itu dimulai, konflik itu sudah hadir di situ.Tinggal bagaimana menyelesaikan saja.Karena pendeknya, kita biasanya tidaklah menemukan adanya perkembangan di dalam cerita.Tidak ada cabang-cabang cerita.
Tidak ada kelebatan-kelebatan pemikiran tokoh-tokohnya yang melebar ke pelbagai hal dan masalah.Peristiwanya singkat saja. Kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh, pun tidak berkembang, dan kita tidak menyaksikan adanya perubahan nasib tokoh, atau tokoh-tokoh ini ketika cerita berakhir. Dan ketika konfik yang satu itu terselesaikan, kita tidak pula tahu bagaimana kelanjutan kehidupan tokoh, atau tokoh-tokoh, cerita itu.Dan karena
jumlah
tokoh terbatas, peristiwanya singkat, waktu berlangsungnya tidak begitu lama,
kata-kata yang dipakai harus hemat, tepat dan padat, maka –diatara
karakteristik cerpen- tempat kejadiannya pun juga terbatas, berkisar 1-3 tempat
saja.
Perlu ditegaskan bahwa cerpen bukan penggalan sebuah novel.BUKAN PULA sebuah novel yang dipersingkat. Cerpen itu adalah sebuah cerita rekaan yang lengkap: tidak ada, tidak perlu, dan harus tidak ada tambahan lain. Cerpen adalah sebuah genre atau jenis, yang berbeda dengan novel.Namun demikian, sebuah cerpen meskipun singkat tetap harus mempunyai tikaian dramatik, atau dalam bahasa The Liang Gie konflik dramatik, yaitu perbenturan kekuatan yang berlawanan. Baik benturan itu terlihat nyata ataupun tersamarkan.Sebab inilah inti suatu cerpen.
Perlu ditegaskan bahwa cerpen bukan penggalan sebuah novel.BUKAN PULA sebuah novel yang dipersingkat. Cerpen itu adalah sebuah cerita rekaan yang lengkap: tidak ada, tidak perlu, dan harus tidak ada tambahan lain. Cerpen adalah sebuah genre atau jenis, yang berbeda dengan novel.Namun demikian, sebuah cerpen meskipun singkat tetap harus mempunyai tikaian dramatik, atau dalam bahasa The Liang Gie konflik dramatik, yaitu perbenturan kekuatan yang berlawanan. Baik benturan itu terlihat nyata ataupun tersamarkan.Sebab inilah inti suatu cerpen.
III. Unsur-Unsur Dalam Cerpen
1. Tema
Yaitu gagasan inti.Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan.Tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi. Dengan kata lain tema adalah sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.Tidak mungkin sebuah cerita tidak mempunyai ide pokok.Yaitu sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada para pembacanya.Sesuatu itu biasanya adalah masalah kehidupan, komentar pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup si pengarang dalam menempuh kehidupan luas ini.
Pengarang tidak dituntut menjelaskan temanya secara gamblang dan final, tetapi ia bisa saja hanya menyampaikan sebuah masalah kehidupan dan akhirnya terserah pembaca untuk menyikapi dan menyelesaikannya.Secara tradisional, tema itu bisa dijelaskan dengan kalimat sederhana, seperti:
1.
Kejahatan
pada akhirnya akan dikalahkan oleh kebaikan.
2.
Persahabatan
sejati adalah setia dalam suka dan duka.
3.
Cinta
adalah energi kehidupan, karena itu cinta dapat mengatasi segala kesulitan. Dan
lain sebagainya.
Cerpen
yang baik dan besar biasanya menyajikan berbagai persoalan yang kompleks.Namun,
selalu punya pusat tema, yaitu pokok masalah yang mendominasi masalah lainnya
dalam cerita itu.Misalnya cerpen “Salju Kapas Putih” karya Satyagraha
Hoerip.Cerpen
ini melukiskan pengalaman “aku” di negeri asing dengan baik sekali, tetapi
secara tajam cerpen ini menyorot masalah moral.Tokoh “aku” dapat bertahan dari
godaan berbuat serong karena pertimbangan moral.
2. Alur atau Plot
Yaitu
rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek
tertentu.Banyak anggapan keliru mengenai plot. Sementara orang menganggap plot
adalah jalan cerita. Dalam pengertian umum, plot adalah suatu permufakatan atau
rancangan rahasia guna mencapai tujuan tertentu.
Rancangan
tentang tujuan itu bukanlah plot, akan tetapi semua aktivitas untuk mencapai
yang diinginkan itulah plot.Atau, secara lebih gamblang plot adalah –menurut
Aswendo Atmowiloto- sebab-akibat yang membuat cerita berjalan dengan irama atau
gaya dalam menghadirkan ide dasar.
Semua peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan semua peristiwa.
Semua peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan semua peristiwa.
Sehingga
Jakob Sumardjo dalam Seluk-beluk Cerita Pendek menjelaskan tentang plot dengan
mengatakan, “Contoh populer menerangkan arti plot adalah begini: Raja mati. Itu
disebut jalan cerita.Tetapi raja mati karena sakit hati, adalah plot.”Dalam
cerpen biasanya digunakan plot ketat artinya bila salah satu kejadian
ditiadakan jalan cerita menjadi terganggu dan bisa jadi, tak bisa dipahami.
Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Adapun jenis plot bisa disederhanakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1.
Plot
keras, jika akhir cerita meledak keras di luar dugaan pembaca. Contohnya:
cerpen-cerpen Anton Chekov, pengarang Rusia legendaris, cerpen-cerpen
Trisnoyuwono yang terkumpul dalam Laki-laki dan Mesiu, cerpen-cerpen Subagio
Sastrowardoyo dalam kumpulannya Kejantanan di Sumbing.
2.
Plot
lembut, jika akhir cerita berupa bisikan, tidak mengejutkan pembaca, namun
tetap disampaikan dengan mengesan sehingga seperti terus tergiang di telinga
pembaca. Contoh, cerpen Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam,
cerpen-cerpen Danarto dalam Godlob, dan hampir semua cerpen Guy de Maupassant,
pengarang Perancis menggunakan plot berbisik.
3.
Plot
lembut-meledak, atau plot meledak-lembut adalah campuran plot keras dan lembut.
Contoh: cerpen Krawang-Bekasi milik Gerson Poyk, cerpen Bulan Mati karya R.
Siyaranamual, dan cerpen Putu Wijaya berjudul Topeng bisa dimasukkan di sini.
Adapun jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan cempuran keduanya. Jadi sifat plot ada kalanya:
Adapun jika kita melihat sifatnya, maka ada cerpen dengan plot terbuka, plot tertutup dan cempuran keduanya. Jadi sifat plot ada kalanya:
1.
Terbuka.
Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita, di
samping masalah dasar persoalan.
2.
Tertutup.
Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita. Contoh
Godlobnya Danarto.3. Campuran keduanya.
3.
PenokohanYaitu
penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga
pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern, berhasil tidaknya sebuah
cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya menciptakan citra, watak dan karakter
tokoh tersebut.
Penokohan,
yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, bisa
dikatakan ia sebagai mata air kekuatan sebuah cerita pendek.Pada dasarnya sifat
tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak,
karakter). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara,
diantaranya melalui:
· Tindakan, ucapan dan pikirannya
· Tempat tokoh tersebut berada
· Benda-benda di sekitar tokoh
· Kesan tokoh lain terhadap dirinya
· Deskripsi langsung secara naratif
oleh pengarang
4. Latar
atau Setting
yaitu
segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita.
Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan teman dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas.Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan tema dan plot. Cerpen saya, Bayi-bayi Tertawa yang mengambil
Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan teman dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang gempal, padat, dan berkualitas.Kalau latar bisa dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan tema dan plot. Cerpen saya, Bayi-bayi Tertawa yang mengambil
setting
khas Palestina, dengan watak, budaya, emosi, kondisi geografi yang sangat khas
Palestina tentu akan menjadi lucu jika settingnya dipindah di Ponorogo. Jelas
bahwa setting akan sangat menentukan watak dan karakter tokoh.
5. Sudut Pandangan Tokoh
Di antara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adlaah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita.
Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.Sudut pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah:
5. Sudut Pandangan Tokoh
Di antara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adlaah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita.
Jadi sudut pangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.Sudut pandangan ini ada beberapa jenis, tetapi yang umum adalah:
1.
Sudut
pandangan orang pertama. Lazim disebut point of view orang pertama. Pengarang
menggunakan sudut pandang “aku” atau “saya”. Di sini yang harus diperhatikan
adalah pengarang harus netral dengan “aku” dan “saya”nya.
2.
Sudut
pandang orang ketiga, biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau “dia”.
Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul”
misalnya.
3.
Sudut
pandang campuran, di mana pengarang membaurkan antara pendapat pengarang dan
tokoh-tokohnya. Seluruh kejadian dan aktivitas tokoh diberi komentar dan
tafsiran, sehingga pembaca mendapat gambaran mengenai tokoh dan kejadian yang
diceritakan.
4. Tinjauan
Dari Sudut pandangan yang berkuasa
Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini membuat cerita sangat informatif.
Merupakan teknik yang menggunakan kekuasaan si pengarang untuk menceritakan sesuatu sebagai pencipta. Sudut pandangan yang berkuasa ini membuat cerita sangat informatif.
Para
pujangga Balai Pustaka banyak yang menggunakan teknik ini. Jika tidak hati-hati
dan piawai sudut pandangan berkuasa akan menjadikan cerpen terasa menggurui. Setelah
mengerti betul definisi cerpen, karakteristik cerpen dan unsur-unsur yang wajib
ada dalam membangun cerpen, maka sejatinya Anda sudah sangat siap untuk
menciptakan sebuah cerpen.Sebelum menulis cerpen ada baiknya anda mengetahui
anatomi cerpen atau bisa juga disebut struktur cerita.
Umumnya anatomi cerpen, apapun temanya, di manapun settingnya, apapun jenis sudut pandangan tokohnya, dan bagaimanapun alurnya memiliki anatomi sebagai berikut:
Umumnya anatomi cerpen, apapun temanya, di manapun settingnya, apapun jenis sudut pandangan tokohnya, dan bagaimanapun alurnya memiliki anatomi sebagai berikut:
1.
Situasi
(pengarang membuka cerita)
2.
Peristiwa-peristiwa
terjadi
3.
Peristiwa-peristiwa
memuncak
4.
Klimaks
5.
Anti
Klimaks
Atau,
komposisi cerpen, sebagaimana ditandaskan H.B.Jassin dapat dikatakan sebagai
berikut:
1.
Perkenalan
2.
Pertikaian
3.
Penyelesaian
Cerpen
yang baik adalah yang memiliki anatomi dan struktur cerita yang
seimbang.Kelemahan utama penulis cerpen pemula biasanya di struktur cerita ini.
Helvy Tiana Rosa selama menjadi pimred Annida dan melihat kelemahan mereka itu
dan berkomentar,“Cerpenis-cerpenis pemula biasanya kurang memperhatikan
proporsionalitas struktur cerita.
Banyak di antara mereka yang berpanjang-panjang ria dalam menulis pembukaan cerpennya. Mereka menceritakan semua, seolah takut para pembaca tak mengerti apa yang akan atau sedang mereka ceritakan. Akibatnya sering satu sampai dua halaman pertama karya mereka masih belum jelas akan menceritakan tentang apa. Hanya pengenalan dan pemaparan yang bertele-tele dan membosankan.Konflik yang seharusnya dibahas dengan lebih jelas, luas dan lengkap, sering malah disinggung sambil lalu saja.Pengakhiran konflik pun dibuat sekedarnya.Tahu-tahu sudah penyelesaian.Padahal inti dari cerpen adalah konflik itu sendiri.Jadi jangan sampai pembukaan cerpen menyamai apalagi sampai menelan konflik tersebut.”
Banyak di antara mereka yang berpanjang-panjang ria dalam menulis pembukaan cerpennya. Mereka menceritakan semua, seolah takut para pembaca tak mengerti apa yang akan atau sedang mereka ceritakan. Akibatnya sering satu sampai dua halaman pertama karya mereka masih belum jelas akan menceritakan tentang apa. Hanya pengenalan dan pemaparan yang bertele-tele dan membosankan.Konflik yang seharusnya dibahas dengan lebih jelas, luas dan lengkap, sering malah disinggung sambil lalu saja.Pengakhiran konflik pun dibuat sekedarnya.Tahu-tahu sudah penyelesaian.Padahal inti dari cerpen adalah konflik itu sendiri.Jadi jangan sampai pembukaan cerpen menyamai apalagi sampai menelan konflik tersebut.”
V. Kualitas sebuah Cerpen
Kualitas sebuah cerpen sangat tergantung kepada kepiawaian pengarang dalam mengolah kata-kata yang terbungkus dalam sebuah cerita, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar sebuah cerpen bisa dikatakan lebih berkualitas yaitu :
1.
Buat
judul cerita yang bagus dan menarik. Sebagaimana buku, cerita yang bagus tidak
semuanya dibaca orang. Salah satu penyebabnya adalah kalimat pembuka yang buruk
dan judul yang mati, tidak menggugah rasa ingin tahu pembacanya.
2.
Carilah
ide cerita yang menarik dan tidak klise. Mengulang ide cerita adalah pilihan yang kurang tepat, karena akan
tampak sangat klise dan menjadi tidak menarik pembaca.
3.
Buatlah
lead, paragraf awal dan kalimat penutup cerita yang semenarik mungkin. Alinea
awal dan alinea akhir sangat mementukan keberhasilan sebuah cerpen. Alinea awal
berfungsi menggiring pembaca untuk menelusuri dan masuk dalam cerita yang
dibacanya. Sedangkan kalimat akhir adalah kunci kesan yang disampaikan
pengarang. Kunci kesan ini sangat penting, karena cerpen yang memberikan kesan
yang mendalam di hati pembacanya, akan selalu dikenang.
4.
Perhatikan
teknik penceritaan. Teknik yang digunakan pengarang menyangkut penokohan,
penyusunan konflik. pembangunan tegangan dan penyajian cerita secara utuh.
Jangan sampai pembaca sudah jenuh di awal cerita. Untuk menghindari kejenuhan
pembaca di awal cerita bisa kita gunakan teknik:-in medias res (memulai cerita
dari tengah)-flash back (sorot balik, penyelaan kronologis)Anton Chekov
menyarankan : “Lipat dualah halaman pertama cerpenmu, lalu robek dua dan buang
sobekan yang sebelah atas.”
5.
Buatlah
suspense, kejutan-kejutan yang muncul tiba-tiba (bedakan dengan faktor
kebetulan), jangan terjebak pada cerita yang bertele-tele dan mudah ditebak.
6.
Cerpen
harus mengandung kebenaran, keterharuan dan keindahan
7.
Ingat
bahwa setiap pengarang mempunyai gaya khas. Pakailah gaya sendiri, jangan
meniru. Gunakan bahasa yang komunikatif. Hindari gaya berlebihan dan kata-kata
yang terlalu muluk.
8.
Perhatikan
setiap tanda baca dan aturan berbahasa yang baik, tetapi tetap tidak kaku.
Jangan bosan untuk membaca dan mengedit ulang cerpen yang telah anda
selesaikan.Akhirnya, saat Anda berniat menggoreskan pena menulis cerpen
ingatlah pesan J.K. Rowling, siapa tahu ada manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA
-
http://Menuliscerpen-menulis-cerpen-blogspot.com
-
http://unsilster.com/2011/01/pengertian-cerpen-dan-ciri-ciri-cerita-pendek/
-
http://id.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek
-
http://ortipulang.blogspot.com/2008/09/definisi-cerpen.html
-
http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/28/roman-novel-dan-cerpen/
-
http://riszal92.blogspot.com/2009/03/ciri-ciri-cerpen.html